If Life Is A Keranjang Of Salak Sepet

JIKA masa kecil anda tak begitu membanggakan, jika masa remaja anda cuman bawang kothong yang mungkin kebanyakan temen-temen sekolah anda tidak ingat kalo anda pernah satu sekolah sama mereka, jika nilai kuliah anda pas-pasan, bahkan jika di dunia kerja saat ini anda cuman kacung atau orang yang gak begitu diperlukan, maka itu bukan berarti anda punya hak mengutuk kehidupan itu sendiri.

Nasib masing-masing orang itu beda-beda, semua sudah tahu. Namun sedikit sekali bisa menerima jika kita berada dalam kondisi harus dinasehati dengan kalimat tadi lantaran hati kita sedang panas saat rekan sejawat lebih sukses atau lebih beruntung.

Sekecil apapun diri anda, niscaya masih punya manfaat. Bahkan pengemispun punya manfaat. Wong mayat saja masih punya manfaat lho… Buktinya ada tukang peti jenasah dan tukang gali kubur!!!

Life is a bowl of cherries, begitu kata orang wetan. Ya… jika kita berpikir positif pasti kita akan berpikir demikian. Bahwa hidup itu gak melulu sedih atau susah. Dan tentu ndak melulu senang. Jika sampeyan kehilangan dompet pas sehari sebelum lebaran trus malamnya ada yang nyetel film warkop DKI jaman baheula bukan berarti sampeyan ndak berhak tertawa hanya lantaran baru kehilangan dompet! Hidup memang kayak semangkuk buah cherry, kadang kita makan mak serrr manisnya atau lain waktu kita klethus (kunyah) berasa amatlah asamnya.

Lalu apa yang salah dengan otak kita jika kita melulu nganggap hidup itu kagak ada enaknya babar blas?? Pola pikir kita mungkin sebagai penyebabnya. Kita terlalu mabuk pada hal-hal yang membuat kita terpuruk sehingga melewati detail kehidupan yang mungkin bisa meringankan semua beban.

Jika anda baru kecopetan trus tiba-tiba berpapasan dengan perempuan yang cantik apa Gusti Allah kurang baik ama kita? Kalo sampeyan mikir: “Ah, cuman liat cewek cantik mah nggak sebanding dengan kehilangan hape!!”, coba mbok sampeyan ngobrol sama para tuna netra… Lalu taksirlah harga sebuah pemandangan cewek cakep…

Jangankan bersyukur atas oksigen yang kita hirup, wong kadang menerima Gaji dan Tunjangannya saja suka lupa ber-hamdalah lho. Teman saya cerita bahwa saat ini didaerahnya sedang ditimpa musibah asap kebakaran hutan namun butuh waktu lama untuk kemudian menyadarkannya bahwa dia hanya mengumpati kondisi udara yang pekat dengan asap tanpa memikirkan betapa harus bersyukurnya dia selama ini mendapatkan oksigen yang bersih…. Tapi mumpung masih ada kesempatan, mari kita cari hal-hal indah dalam hidup kita, meski kecil tapi kalo dikumpulkan kan akan terasa sekali manfaatnya.

Jika kita mau lebih menggali kehidupan maka anda semua niscaya akan menemukan bahwa Gusti Allah itu Maha Penghibur bagi seluruh manusia!

So, life is not a keranjang of salak sepet!

NB:

“Life is not a keranjang of salak sepet” adalah cerpen pendek yg saya tulis saat saya ikut diklat Capacity Building yang diselenggarakan oleh Indonesia – Australia Spesialised Training Project Phase III seminggu lalu, namun terlalu wagu (jelek) kalo cerpennya saya pampang disini.

Banyaknya kenalan yang suka iseng pamitan ke saya untuk bunuh diri membuat saya harus rajin-rajin belajar menemukan hal indah pada kehidupan seseorang agar dia mau bangkit kembali, seburuk apapun kehidupannya.

3 comments
  1. dirac said:

    ha mbok cerpennya dipajang Bang. Saya pingin weruh je…

  2. Apriliana said:

    iya cerpennya mana….penasaran
    btw biarpun salak sepet tp manjur buat obat diare :))

  3. arif kurniawan said:

    quote: “So, life is not a keranjang of salak sepet!”

    so, what’s life then?

    salamanis euy

Tinggalkan Balasan ke Apriliana Batalkan balasan