Another (Weird) Indonesian Flight Story

Pesawat merupakan sarana transportasi yang sangat penting apalagi untuk daerah yang kondisinya sulit dijangkau dengan kendaraan darat macam Maluku Utara. Nah kali ini saya yang sedang tugas di Gosowong sebuah daerah tambang emas di Kabupaten Halmahera Utara, punya cerita lagi tentang penerbangan Indonesia.

Untuk mencapai situs pertambangan disana memang paling asoi geboi kalo pakai pesawat. Nah rencananya dengan mengunakan pesawat carteran perusahaan tambang tersebut saya akan berangkat dari Bandara Sultan Babullah, Ternate pada pukul 15.00 WIT.

Dengan doa komat-kamit bak mantra saya dan istri saya berharap agar cuaca yang belakangan selalu hujan badai agar reda barang sebentar maklum karena saya akan naik pesawat kecil yang tentunya gampang sekali diombang-ambingkan oleh badai.

Pilot Ngobrol

Dasar nasib, cuaca sangat buruk sehingga penerbangan saya tertunda hingga pukul 16.20 WIT. Saya stand by di dekat landasan di dalam mobil bersama sopir. Setelah mendekat pilot yang baru mendaratkan pesawat imutnya itu mengatakan mungkin penerbangan akan ditunda sampai besok paginya lantaran kondisi cuaca di Gosowong tidak diketahui.

Perwailan dari perusahaan tambang agaknya sedikit keberatan jika penerbangan harus ditunda karena itu berarti mereka harus menambah biaya penginapan untuk 8 penumpang lainnya yang sedianya hendak menuju Gosowong bersama saya.

Lalu dengan menggunakan ponsel milik salah seorang utusan perusahaan tambang itu Pilot menanyakan kondisi cuaca Gosowong kepada pengawas cuaca (?) yang berkedudukan di manado.

Rupanya pihak Manado memberi lampu hijau untuk si pilot lepas landas meski sampai saat itu pihak bandara Gosowong belum bisa dihubungi.

Dengan dialek betawi yang super medok Sang Pilot berkata kepada pengawas di Manado:

“Ya udah gue terbang ya.. Coba-coba… Tapi entar kalo di deket Gosowong awannya tebel trus anginnye kenceng gue gak jamin bisa mendarat ye? Kalo dah gitu palingan gue balik ke ternate. Itu juga kalo cuaca di Ternate mendukung buat mendarat, lha kalo enggak? Tahu deh pigimane….”

Seteleh menutup pembicaraan, sang pilot memberi aba-aba agar semua penumpang pesawat segera naik.

Sedang saya? Dalam hati cuman berpikir: “Ya udah kalo cuacanya buruk ya pigimane lagi….”

Teringat perjalanan ke Buli tahun lalu dimana saya panik di tengah cuaca buruk pilot dan ko-pilotnya malah sibuk membuka halaman demi halaman majalah FHM Indonesia edisi terbaru.

KETERANGAN:
– Gambar diambil dari sini

8 comments
  1. wuih deg2an banged waktu liad pesawatnya landing…

    udah pasrah…

    Alhamdulillah, doaku dikabulkan..

    i miss you so much

  2. lho kok landing… maksudne pas take off…

  3. kalangkabut said:

    BINI : “udah pasrah…”
    BANGPAY : hehehe sama… meski bokong nyut-nyutan nahan kengerian pas terbang tapi diriku masih ingat kowe, nduk..

  4. Hedi said:

    lha kok malah penulis dan bininya ngobrol di sini…hahaha

  5. wahahahaha…..

    malah lucu dan terharu baca komen no 1, 2, 3..heheh

Tinggalkan Balasan ke thebini Batalkan balasan